Kamis, 23 Agustus 2012

Kepemimpinan Yusuf Anak Yakub



PENDAHULUAN


Latar Belakang Masalah


Dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi perhatian manusia. Kepemimpinan dibutuhkan karena adanya keterbatasan dan kelebihan-kelebihan dalam diri manusia. Sejarah umat manusia memperlihatkan kepada kita tentang keberadaannya yang hidup berkelompok. Oleh karena itu, manusia sudah tidak asing dengan kepemimpinan. Kebutuhan akan kepemimpinan yang tepat pada zaman dan konteksnya semakin mendesak. Kepemimpinan yang demikian membutuhkan prasyarat-prasyarat yang khusus pula.
Kepemimpinan atau gaya memimpin seorang pemimpin merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia yang dipimpin. Kepemimpinan merupakan faktor penentu berhasil tidaknya tujuan-tujuan di dalam setiap komunitas.
John Maxwel mengutip pernyataan dari James C. Georges dari ParTraining Corporation. James mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan memperoleh pengikut.[i] Seorang pemimpin dituntut agar memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang agar mau mengakui kepemimpinannya.
John C. Maxwell mengutip hasil penelitian dari para sosiolog yang mengatakan : “bahkan yang paling tertutup akan mempengaruhi sepuluh ribu orang lainnya dalam masa hidupnya.”[ii] Artinya pada dasarnya, setiap orang dapat menjadi pemimpin. Apakah ia menjadi orang yang mempengaruhi orang lain ke arah yang lebih benar, dan atau ke arah yang tidak benar.
Berikut ini beberapa definisi tentang kepemimpinan, antara lain :
  1. A Leader is an individual who influences others to act toward a particular goal or end-state (Judith R. Gordon),[iii]
  2. Leadership is the ability to influence a group toward the achievement of goals (Stephen P.Robbins),[iv]
  3. Managerial Leadership is a process of directing and influencing the task-related activities of group (Ralph M. Stogdill).[v]

Kamis, 16 Agustus 2012

Design a strategi for developing spiritual gift in the local Church


Name                    : Manto Manurung        
Course Project     : Design a strategi for developing spiritual gift in the local Church.
Date line               : 22nd November 2006.

Tugas ini saya buat sebagai satu bentuk yang saya harapkan boleh saya terapkan di tempat pelayanan yang Tuhan percayakan kepada saya. Tuhan mempercayakan kepada saya satu tempat pelayanan yang luar biasa. Tempat ini sudah berdiri lebih dari 14 tahun yang lalu. Namun hal yang menjadi pusat perhatian saya  gereja ini tidak bertumbuh dengan normal.
Faktanya adalah selama 14 tahun gereja Tuhan ada di daerah Songsi, telah terjadi 5 kali pergantian pemimpin. Saya adalah orang yang kelima yang melayani di daerah ini. Pertanyaan mengapa gereja Tuhan dan pelayan-pelayan Tuhan tidak dapat melakukan misi Injil di daerah ini? Jawabannya adalah  karena adanya beberapa faktor, antara lain : kurang terbukanya penduduk sekitar terhadap gereja karena sebelum kekritstenan datang ke daerah tersebut, mereka sudah mengaut agama-agama lain.  Daerah ini merupakan sarang dari berbagai-bagai jenis kejahatan, antara lain : pencurian, penodongan, perjudian, perdagangan narkoba, pelacuran, premanisme. Menurut saya ini bukanlah faktor utama yang membuat gereja Tuhan tidak bertumbuh, melainkan faktor intern yang kurang dalam memanfaatkan karunia Rohani yang telah Tuhan sediakan bagi gerejanya.

Karakter Seorang Pemenang di dalam Tuhan


 Pendahuluan :

Setiap orang ingin menang dalam hidupnya, baik dalam segi perlombaan maupun segi karakter. Namun untuk memperoleh kemenangan tersebut sangatlah sulit, karena dia harus melibatkan semua yang ada pada diriya yaitu: semangat, tenaga, dan usaha. Suatu kemenangan bisa dicapai dengan baik apabila melewati suatu proses yang panjang. Seorang petinju sebelum naik di ring tinju untuk mengadakan pertandingan, dia harus mempersiapkan dirinya terlebih dahulu, dan yang diperlukan adalah kondisi fisik yang baik, berlatih keras, mengatur keseimbangan tubuh, dan mengadakan pemanasan. Ketika dia berhasil sampai memukul lawannya K.O maka dialah pemenang. Tetapi belum tentu karakter seorang petinju itu adalah karakter pemenang.
           

KEPEMIMPINAN YESUS



Dalam Bab I penulis telah membahas tentang definisi kepemimpinan sebagai satu keahlian atau kecakapan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Alkitab mencatatkan beberapa catatan penting tentang kepemimpinan Yesus. Banyak orang yang hidup di zaman itu kagum melihat kepridaian dan filosofi-filosofi yang diajarkan-Nya (Matius 7: 28-29), bahkan orang yang tadinya menjadi penentang-Nya pada akhirnya menjadi imitating-Nya (band. Kis 6:7; 8:1-3, 9:1-20). Kepemimpinan-Nya sungguh memberikan dampak luar biasa dalam peradaban manusia. Ia menjadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin di kemudian hari. Lincoln pemimpin besar Amerika pada era tahun 1800-an. Setiap pemikiran, dan tindakannya dinafasi oleh filosofi yang diterimanya dari pemimpin agungnya Yesus Kristus. Di akhir hayatnya, menteri Angkatan Bersenjata Stanton berkata: “di sana terbaring lelaki paling sempurna yang pernah ada di dunia.”[i]
Yesus sebagai tokoh utama dalam makalah ini akan diteliti model kepemimpinan-Nya berdasarkan ilmu kepemimpinan modern.

Minggu, 05 Agustus 2012

PENGINJILAN, SALAH SATU TUGAS ESENSIAL GEREJA

Istilah “penginjilan” sudah menjadi satu istilah yang umum, dan erat hubungannya dengan kehidupan gereja di sepanjang zaman. Dalam konteks masa kini, beberapa gereja lokal menanggapi penginjilan sebagai satu tugas yang dapat  dilakukan melalui bersaksi kepada orang-orang yang ditemuinya. Beberapa gereja lokal lainnya menanggapi penginjilan sebagai satu tugas dari anggota-anggota tertentu saja, dan beberapa gereja lokal berpendapat bahwa penginjilan merupakan tugas dari gereja lokal lainnya, sedangkan gereja lokal tersebut bertugas untuk mendewasakan orang-orang yang datang kepadanya.

Penginjilan Dan Masyarakat Di Sekitar Gereja


Stott mengemukakan gereja sebagai ekklesia-Nya Allah, dipanggil Allah dari dunia ini menjadi milik-Nya untuk hidup kudus karena Dia adalah Allah yang kudus, dan hidup berpadanan dengan panggilannya.[1] Panggilan itu tidak bertujuan agar gereja menarik diri keluar dari dunia kepada kehidupan pietisme.[2] Tuhan tidak memanggil gereja, juga tidak memisahkan secara total dari masyarakat dunia ini.
Gereja dipanggil dari dunia, dan secara status disebut sebagai orang-orang kudus, berbeda, terpisah; umat yang dikuduskan bagi Allah, tetapi Tuhan tidak membuat gereja-Nya menjadi gereja yang eksklusif. Allah juga mengutus gereja ke dalam dunia untuk menyaksikan Kabar baik kepadanya.
Robert dan Evelyn dalam buku dengan judul “Menyampaikan Kabar Baik” memberikan gambaran tentang jiwa-jiwa di sekitar kita:
Mungkin saudara pernah menumpang sebuah bus atau kereta api yang penuh sesak. Ingatkah saudara bagaimana keadaannya? Semua tempat duduk penuh. Mungkin saudara harus berdiri dengan banyak orang lain dan orang yang berdiripun harus berdesak-desakan! Banyak negara makin padat penduduknya. Meskipun setiap hari dibangun gedung-gedung baru, namun tidak cukup perumahan bagi setiap orang.
Makin banyak orang, makin cepatlah penduduk meningkat. Dalam tahun 1930 dunia kita berpenduduk 2 milyar orang. Sekarang sudah lebih dari empat milyar. Itu berarti tambahan 2 milyar orang dalam waktu 50 tahun. Akan tetapi, pada tahun 2000 mungkin penduduk dunia akan mencapai 6 milyar orang – tambahan dari 2 milyar dalam waktu 20 tahun saja.
Apa artinya ini bagi saudara sebagai orang yang percaya kepada Kristus? Saudara akan segera menyadari bahwa kebanyakan orang di sekeliling saudara belum diselamatkan. Saudara juga akan menyadari bahwa ada lebih banyak orang yang hidup, yang belum diselamatkan dewasa ini daripada generasi-generasi sebelumnya. Ini berarti bahwa setiap orang percaya diperlukan untuk memberitakan kepada orang lain tentang Juruselamat.[3]

Kutipan di atas memberikan gambaran kepada gereja masa kini akan tugasnya yang semakin bertambah setiap harinya. Banyak orang di sekitar gereja belum pernah mendengarkan berita Injil. Bagaimana respon gereja melihat orang-orang tersebut? Adilkah jika seseorang telah dua kali mendengar Injil sedangkan orang lain belum pernah sekali pun mendengarkannya? [4] (pertanyaan yang kedua penulis kutip dari salah satu judul yang diberikan oleh Smith dalam dalam salah satu bab dalam bukunya yang berjudul “Merindukan Jiwa Yang Tersesat”).

Gereja sebagai penerima Amanat Agung bertanggung jawab penuh untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang belum selamat. Gereja haruslah menyikapi tugas tanggung jawabnya dalam satu tindakan yang dimulai dari masyarakat di sekitarnya. Hamilton berkata: “Anda tidak mungkin dapat menjangkau seluruh dunia, tetapi mulailah dari tempat di mana Anda (gereja) saat ini.[5]  Pendapat ini mengingatkan gereja agar tidak berpikir jauh lebih tinggi dari yang dapat dilakukannya sebelum ia menjangkau seluruh dunia. Pendapat Hamilton ini diteguhkan oleh Alkitab yang mencatatkan bahwa di mana pun Yesus berada, Ia selalu mencari orang-orang yang terhilang, dan Ia berbelas kasihan terhadap mereka

Penginjilan, Korelasinya Dengan Pertumbuhan Gereja


Hamilton berpendapat “kalau gereja ingin melihat gambaran pertumbuhan gereja, marilah kita melihat tugas khusus kita yaitu penginjilan.”[1] Kemudian Gerber menegaskan bahwa penginjilan haruslah dilaksanakan berdasarkan Amanat Agung. Mengapa? Perhatikanlah kutipan berikut ini:
Inti Amanat Agung ialah JADIKANLAH ... MURID, artinya membawa orang, baik pria maupun wanita, kepada Yesus Kristus, sehingga mereka beriman dan dengan sepenuh hati menyerahkan diri kepada Dia.
Ini merupakan proses yang terus menerus, proses yang mempersekutukan orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, menjadikan mereka anggota-anggota gereja yang bertanggung jawab dan yang berbuah. Murid-murid ini pergi untuk menjadikan orang-orang lain murid Yesus Kristus, membaptiskan mereka, mengajar mereka serta menggabungkan mereka kepada gereja. Oleh karena itu, penginjilan yang tidak mempersekutukan petobat-petobat baru kepada gereja setempat tidak dapat dikatakan mencapai tujuan.

Penginjilan, Salah Satu Tugas Gereja Di Antara Tugas-tugasnya Yang Lain


Sejarah gereja memang mencatat bahwa gereja ada karena penginjilan. Ini dapat dibuktikan dari catatan-catatan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru khususnya kitab Kisah Para Rasul. Berikut ini bukti-bukti penginjilan yang dicatat oleh kitab Kisah Para Rasul:
1.      Dalam dunia Perjanjian Baru, dicatat bahwa  sejarah kelahiran gereja dimulai setelah peristiwa pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada hari Pentakosta. Setelah peristiwa tersebut Petrus menyerukan berita Injil kepada orang-orang Yahudi yang sedang berkumpul di Yerusalem sehubungan dengan hari raya Pentakosta. Penginjilan pertama ini menghasilkan sebanyak 3000 orang percaya dan memberi diri mereka dibaptiskan sesuai dengan perintah Tuhan Yesus. (Kisah Para Rasul  2: 41).
2.      Petrus dan Yohanes berbicara kepada orang banyak, imam-imam dan kepala pengawal bait Allah serta orang-orang Saduki. Dari antara mereka yang mendengarkan ajaran itu menjadi percaya. Anggota gereja bertambah menjadi
kira-kira 5000 orang laki-laki, belum termasuk anak-anak dan wanita (Kis 4: 1-4).
3.      Pada waktu yang lain Tuhan mengutus Petrus untuk penginjilan kepada orang bukan Yahudi yaitu kepada Kornelius dan keluarganya. Penginjilan kepada keluarga non Yahudi ini memenghasilkan orang percaya baru yaitu Kornelius dan
seluruh isi rumahnya. (Kis 11).
4.      Rasul Paulus serta teman-temannya penginjilan ke daerah-daerah di luar Yerusalem. Alkitab mencatat beberapa nama dari jemaat di luar Yerusalem hasil penginjilan tersebut, antara lain: jemaat di Ikonium Listra (Kis 13: 43, 48); jemaat di Antiokia (Kis 14:21), jemaat di Filipi (Kis 16:13,14), jemaat di Tesalonika yang terdiri dari orang-orang Yunani (Kis 17: 1-4).
Sejarah gereja sesudah dunia Perjanjian Baru juga memberikan bukti-bukti penting bagaimana peranan penginjilan dalam kehidupan gereja Tuhan sepanjang masa. Khususnya di Indonesia, gereja Tuhan di negeri ini dapat berdiri karena penginjilan yang dilakukan oleh para penginjil dari Eropa yang bernaung di Nederlands Zendeling Genootscap (N.Z.G.), antara lain di Maluku oleh Yosef Kam.,[1] di tanah Batak yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada tahun 1862 oleh Ingwer Ludwig Nomensen.[2] Dengan demikian dapat disimpulkan:
1.

Penginjilan Dan Korelasinya Dengan Amanat Agung


Penginjilan sebagai salah satu tugas esensial gereja pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari Amanat Agung, yaitu amanat yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum Ia terangkat ke sorga. Amanat tersebut dicatat oleh Matius, Markus, dan Lukas sebagai berikut:
1.      Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”  (Matius 28:18-20).
2.      Lalu Ia (Yesus) berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahluk, siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya; mereka akan mengusir setan-setan dalam nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Markus 16: 15-18).
3.      Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan aku akan mengirim kepada kamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat yang tinggi” (Lukas 24:46-49).

Penginjilan, Inisiatif dan Bukti Kasih Allah Kepada Manusia


Penginjilan sebagai salah satu tugas esensial gereja perlu dilihat dari sisi inisiator dan motifasi yang mendorong inisiator untuk melakukannya. Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mencatat bukti-bukti penting tentang inisiator dan motifasi yang mendorongnya untuk mengadakan penginjilan. Perhatikanlah fakta-fakta berikut ini yang tertera pada tabel di bawah ini. Alkitab mencatat dengan sangat jelas tentang sikap Allah terhadap manusia sebelum dan sesudah kejatuhannya ke dalam dosa.
Sebelum Manusia Jatuh dalam Dosa
Sesudah Jatuh dalam Dosa
1.      Hubungan Antara Manusia Dengan Allah Sangat Intim.
 Bukti-buktinya:
-   Allah memberi perintah langsung kepada manusia untuk beranakcucu, serta memenuhi bumi, dan menaklukkan bumi (Kej. 1: 28),
-   Allah menjelaskan jenis makanan yang layak untuk manusia (Kej. 1: 29),
-   Allah memberikan otoritas serta kepercayaan kepada manusia untuk mengusahakan taman Eden (Kej. 2:15),
-   Allah memberikan perintah larangan kepada manusia dan menjelaskan akibat yang akan dialaminya apabila tidak mematuhinya ( Kej. 2: 17),
-   Tuhan membuat manusia berbeda dengan mahluk ciptaan-Nya yang lainnya (Kej. 2: 9, 18-22).
2.      Manusia menerima sesamanya dengan penuh penghargaan (Kej 2: 23-24)
3.      Allah merupakan sumber kehidupan manusia.
 Bukti-buktinya :
-       Tuhan Allah menyediakan segala kebutuhan jasmaniah manusia (Kej 2: 8-9),
-       Tuhan Allah menyediakan kebutuhan jiwa manusia (Kej 2: 18-22).
1.      Keintiman Hubungan Itu Terputus.
Bukti-buktinya :
-    Manusia berusaha menarik diri dari perjumpaan dengan Allah dengan bersembunyi di antara pohon-pohonan dalam taman (Kej. 3: 8),
-    Manusia takut bertemu dengan Allah (Kej. 3: 9-10),
2.      Manusia tidak menerima sesamanya seperti pada waktu Allah menciptakannya, manusia cenderung menyalahkan  sesamanya, dan benda-benda lain di luar dirinya ( Kej. 3: 12),
3.      Perempuan akan mengalami sakit pada bersalin (Kej. 3: 16),
4.      Manusia harus bersusah payah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya selama di muka bumi ini (Kej. 3: 17),
5.      Allah tetap campur tangan dalam kehidupan manusia.
Bukti-buktinya :
-      Allah membuat satu ketetapan tentang akan adanya penyelamatan di masa depan (Kej 3: 15),
-      Tuhan menjelaskan akibat yang harus dialami oleh manusia (Kej 3: 17-19),
-      Tuhan Berinisiatif menutupi ketelanjangan manusia (Kej 3: 21).

Tabel 1. Perbandingan Sebelum dan sesudah manusia jatuh dalam dosa.

Pada tabel di atas, satu bukti menyatakan bahwa setelah jatuh ke dalam dosa, “mereka takut bertemu dengan Allah” (Kejadian 3:8). Pada waktu Adam dan Hawa mendengar langkah kaki Allah, Adam dan Hawa lebih memilih bersembunyi  dari hadapan Allah karena takut bertemu dengan-Nya. Chales dalam Wycliffe Commentary  memberikan pendapat tentang kata “takut” sebagai satu keadaan takut disertai dengan perasaan terteror.[1] Tomatala menegaskan, perasaan takut dan terteror itu  terjadi karena Adam diperhadapkan kepada hukuman  kematian terhadap kebenaran (Kejadian 2: 17; 1 Petrus 2: 24) dan hidup untuk dosa sebagai akibat dari ketidak-taatannya.[2] Dalam keadaan itu, Allah tidak mendekati mereka dalam guntur atau  dengan panggilan yang kasar.[3]  Dalam kasus tersebut, posisi Adam secara yuridis (kata “yuridis” artinya menurut hukum; secara hukum[4]) terbukti melanggar perintah Allah.[5] Pada waktu Adam mengetahui dirinya telah bersalah karena gagal mentaati perintah Allah (Kejadian 2: 16,17), Adam  beserta isterinya berusaha untuk bersembunyi dari Allah. Dalam kasus tersebut, Allah-lah yang berinisiatif untuk menemukan mereka.

Latar Belakang Masalah

Penginjilan merupakan salah satu tugas esensial gereja, karena  tugas ini diperintahkan langsung oleh Tuhan Yesus kepada gereja sebelum Ia terangkat ke sorga. Perintah itu disebut sebagai Amanat Agung, dan di dalamnya tertuang langkah-langkah yang harus dilakukan gereja pada waktu melaksanakan tugas ini.
Penginjilan sebagai satu tugas, pada mulanya ditanggapi oleh gereja sesuai dengan isi amanat yang diterimanya dari Tuhan Yesus. Alkitab memberikan catatan-catatan penting tentang pergerakan gereja mula-mula dalam meresponi tugas ini. Sebagai bagian dari tugas utamanya gereja masa kini pun masih mengakui penginjilan sebagai tugas dan tanggung jawabnya. Menjadi pokok permasalahannya bagaimana gereja meningkatkan keefektifan penginjilan sebagai salah satu tugasnya, khususnya di tengah masyarakat yang majemuk.
Penginjilan di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh gereja. Apakah gereja mampu menghadapi tantangan demi tantangan yang ditemukannya di tengah masyarakat dunia ini, khususnya ketika ia diperhadapkan dengan masyarakat yang majemuk? Atas dasar pemikiran ini, penulis mencoba menggali kebenaran firman Allah dan meneliti buku-buku hasil riset dari beberapa pakar yang membahas tentang gereja, penginjilan dan masyarakat di sekitar gereja. Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyajikan karya tulis ini dengan judul: “Penginjilan Di Tengah Masyarakat Majemuk: Tantangan dan Solusinya.”