Istilah “penginjilan”
sudah menjadi satu istilah yang umum, dan erat hubungannya dengan kehidupan
gereja di sepanjang zaman. Dalam konteks masa kini, beberapa gereja lokal
menanggapi penginjilan sebagai satu tugas yang dapat dilakukan melalui bersaksi kepada orang-orang
yang ditemuinya. Beberapa gereja lokal lainnya menanggapi penginjilan sebagai
satu tugas dari anggota-anggota tertentu saja, dan beberapa gereja lokal
berpendapat bahwa penginjilan merupakan tugas dari gereja lokal lainnya,
sedangkan gereja lokal tersebut bertugas untuk mendewasakan orang-orang yang
datang kepadanya.
I am Free Because of His Love is the blog that I use to write down ideas, as well as biblical truth that bless me.
Minggu, 05 Agustus 2012
PENGINJILAN, SALAH SATU TUGAS ESENSIAL GEREJA
Labels:
Christian duty,
Penginjilan
Lokasi: Jakarta, Indonesia
Jakarta Capital Region, Indonesia
Penginjilan Dan Masyarakat Di Sekitar Gereja
Stott mengemukakan gereja sebagai ekklesia-Nya Allah, dipanggil Allah dari dunia ini menjadi milik-Nya untuk hidup kudus karena Dia adalah Allah yang kudus, dan hidup berpadanan dengan panggilannya.[1] Panggilan itu tidak bertujuan agar gereja menarik diri keluar dari dunia kepada kehidupan pietisme.[2] Tuhan tidak memanggil gereja, juga tidak memisahkan secara total dari masyarakat dunia ini.
Gereja dipanggil dari
dunia, dan secara status disebut sebagai orang-orang kudus, berbeda, terpisah;
umat yang dikuduskan bagi Allah, tetapi Tuhan tidak membuat gereja-Nya menjadi
gereja yang eksklusif. Allah juga mengutus gereja ke dalam dunia untuk menyaksikan
Kabar baik kepadanya.
Robert dan Evelyn dalam
buku dengan judul “Menyampaikan Kabar Baik” memberikan gambaran tentang
jiwa-jiwa di sekitar kita:
Mungkin saudara pernah menumpang sebuah bus atau kereta api
yang penuh sesak. Ingatkah saudara bagaimana keadaannya? Semua tempat duduk
penuh. Mungkin saudara harus berdiri dengan banyak orang lain dan orang yang
berdiripun harus berdesak-desakan! Banyak negara makin padat penduduknya.
Meskipun setiap hari dibangun gedung-gedung baru, namun tidak cukup perumahan
bagi setiap orang.
Makin banyak orang, makin cepatlah penduduk meningkat. Dalam tahun 1930 dunia kita berpenduduk 2 milyar
orang. Sekarang sudah lebih dari empat milyar. Itu berarti tambahan 2 milyar
orang dalam waktu 50 tahun. Akan tetapi, pada tahun 2000 mungkin penduduk dunia
akan mencapai 6 milyar orang – tambahan dari 2 milyar dalam waktu 20 tahun
saja.
Apa artinya ini bagi saudara sebagai orang yang percaya
kepada Kristus? Saudara akan segera menyadari bahwa kebanyakan orang di
sekeliling saudara belum diselamatkan. Saudara juga akan menyadari bahwa ada
lebih banyak orang yang hidup, yang belum diselamatkan dewasa ini daripada generasi-generasi
sebelumnya. Ini berarti bahwa setiap orang percaya diperlukan untuk
memberitakan kepada orang lain tentang Juruselamat.[3]
Kutipan di atas memberikan gambaran
kepada gereja masa kini akan tugasnya yang semakin bertambah setiap harinya.
Banyak orang di sekitar gereja belum pernah mendengarkan berita Injil.
Bagaimana respon gereja melihat orang-orang tersebut? Adilkah jika seseorang
telah dua kali mendengar Injil sedangkan orang lain belum pernah sekali pun mendengarkannya? [4]
(pertanyaan yang kedua penulis kutip dari salah satu judul yang diberikan oleh
Smith dalam dalam salah satu bab dalam bukunya yang berjudul “Merindukan Jiwa
Yang Tersesat”).
Gereja sebagai penerima Amanat Agung bertanggung jawab penuh untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang belum selamat. Gereja haruslah menyikapi tugas tanggung jawabnya dalam satu tindakan yang dimulai dari masyarakat di sekitarnya. Hamilton berkata: “Anda tidak mungkin dapat menjangkau seluruh dunia, tetapi mulailah dari tempat di mana Anda (gereja) saat ini.[5] Pendapat ini mengingatkan gereja agar tidak berpikir jauh lebih tinggi dari yang dapat dilakukannya sebelum ia menjangkau seluruh dunia. Pendapat Hamilton ini diteguhkan oleh Alkitab yang mencatatkan bahwa di mana pun Yesus berada, Ia selalu mencari orang-orang yang terhilang, dan Ia berbelas kasihan terhadap mereka
Penginjilan, Korelasinya Dengan Pertumbuhan Gereja
Hamilton berpendapat “kalau gereja ingin melihat gambaran pertumbuhan gereja, marilah kita melihat tugas khusus kita yaitu penginjilan.”[1] Kemudian Gerber menegaskan bahwa penginjilan haruslah dilaksanakan berdasarkan Amanat Agung. Mengapa? Perhatikanlah kutipan berikut ini:
Inti Amanat Agung ialah JADIKANLAH ... MURID, artinya
membawa orang, baik pria maupun wanita, kepada Yesus Kristus, sehingga mereka
beriman dan dengan sepenuh hati menyerahkan diri kepada Dia.
Ini merupakan proses yang terus menerus, proses yang
mempersekutukan orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, menjadikan
mereka anggota-anggota gereja yang bertanggung jawab dan yang berbuah.
Murid-murid ini pergi untuk menjadikan orang-orang lain murid Yesus Kristus,
membaptiskan mereka, mengajar mereka serta menggabungkan mereka kepada gereja.
Oleh karena itu, penginjilan yang tidak mempersekutukan petobat-petobat baru
kepada gereja setempat tidak dapat dikatakan mencapai tujuan.
Penginjilan, Salah Satu Tugas Gereja Di Antara Tugas-tugasnya Yang Lain
Sejarah gereja memang mencatat bahwa gereja ada karena penginjilan. Ini dapat dibuktikan dari catatan-catatan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru khususnya kitab Kisah Para Rasul. Berikut ini bukti-bukti penginjilan yang dicatat oleh kitab Kisah Para Rasul:
1. Dalam
dunia Perjanjian Baru, dicatat bahwa sejarah kelahiran gereja dimulai setelah
peristiwa pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada hari Pentakosta. Setelah
peristiwa tersebut Petrus menyerukan berita Injil kepada orang-orang Yahudi
yang sedang berkumpul di Yerusalem sehubungan dengan hari raya Pentakosta.
Penginjilan pertama ini menghasilkan sebanyak 3000 orang percaya dan memberi
diri mereka dibaptiskan sesuai dengan perintah Tuhan Yesus. (Kisah Para
Rasul 2: 41).
2. Petrus
dan Yohanes berbicara kepada orang banyak, imam-imam dan kepala pengawal bait
Allah serta orang-orang Saduki. Dari antara mereka yang mendengarkan ajaran itu
menjadi percaya. Anggota gereja bertambah menjadi
kira-kira
5000 orang laki-laki, belum termasuk anak-anak dan wanita (Kis 4: 1-4).
3. Pada
waktu yang lain Tuhan mengutus Petrus untuk penginjilan kepada orang bukan
Yahudi yaitu kepada Kornelius dan keluarganya. Penginjilan kepada keluarga non
Yahudi ini memenghasilkan orang percaya baru yaitu Kornelius dan
seluruh
isi rumahnya. (Kis 11).
4. Rasul
Paulus serta teman-temannya penginjilan ke daerah-daerah di luar Yerusalem.
Alkitab mencatat beberapa nama dari jemaat di luar Yerusalem hasil penginjilan
tersebut, antara lain: jemaat di Ikonium Listra (Kis 13: 43, 48); jemaat di
Antiokia (Kis 14:21), jemaat di Filipi (Kis 16:13,14), jemaat di Tesalonika
yang terdiri dari orang-orang Yunani (Kis 17: 1-4).
Sejarah gereja sesudah
dunia Perjanjian Baru juga memberikan bukti-bukti penting bagaimana peranan
penginjilan dalam kehidupan gereja Tuhan sepanjang masa. Khususnya di
Indonesia, gereja Tuhan di negeri ini dapat berdiri karena penginjilan yang
dilakukan oleh para penginjil dari Eropa yang bernaung di Nederlands Zendeling Genootscap
(N.Z.G.), antara lain di Maluku oleh Yosef Kam.,[1] di
tanah Batak yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada tahun 1862 oleh Ingwer
Ludwig Nomensen.[2] Dengan demikian dapat
disimpulkan:
1.
Langganan:
Postingan (Atom)