Sejarah gereja memang mencatat bahwa gereja ada karena penginjilan. Ini dapat dibuktikan dari catatan-catatan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru khususnya kitab Kisah Para Rasul. Berikut ini bukti-bukti penginjilan yang dicatat oleh kitab Kisah Para Rasul:
1. Dalam
dunia Perjanjian Baru, dicatat bahwa sejarah kelahiran gereja dimulai setelah
peristiwa pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada hari Pentakosta. Setelah
peristiwa tersebut Petrus menyerukan berita Injil kepada orang-orang Yahudi
yang sedang berkumpul di Yerusalem sehubungan dengan hari raya Pentakosta.
Penginjilan pertama ini menghasilkan sebanyak 3000 orang percaya dan memberi
diri mereka dibaptiskan sesuai dengan perintah Tuhan Yesus. (Kisah Para
Rasul 2: 41).
2. Petrus
dan Yohanes berbicara kepada orang banyak, imam-imam dan kepala pengawal bait
Allah serta orang-orang Saduki. Dari antara mereka yang mendengarkan ajaran itu
menjadi percaya. Anggota gereja bertambah menjadi
kira-kira
5000 orang laki-laki, belum termasuk anak-anak dan wanita (Kis 4: 1-4).
3. Pada
waktu yang lain Tuhan mengutus Petrus untuk penginjilan kepada orang bukan
Yahudi yaitu kepada Kornelius dan keluarganya. Penginjilan kepada keluarga non
Yahudi ini memenghasilkan orang percaya baru yaitu Kornelius dan
seluruh
isi rumahnya. (Kis 11).
4. Rasul
Paulus serta teman-temannya penginjilan ke daerah-daerah di luar Yerusalem.
Alkitab mencatat beberapa nama dari jemaat di luar Yerusalem hasil penginjilan
tersebut, antara lain: jemaat di Ikonium Listra (Kis 13: 43, 48); jemaat di
Antiokia (Kis 14:21), jemaat di Filipi (Kis 16:13,14), jemaat di Tesalonika
yang terdiri dari orang-orang Yunani (Kis 17: 1-4).
Sejarah gereja sesudah
dunia Perjanjian Baru juga memberikan bukti-bukti penting bagaimana peranan
penginjilan dalam kehidupan gereja Tuhan sepanjang masa. Khususnya di
Indonesia, gereja Tuhan di negeri ini dapat berdiri karena penginjilan yang
dilakukan oleh para penginjil dari Eropa yang bernaung di Nederlands Zendeling Genootscap
(N.Z.G.), antara lain di Maluku oleh Yosef Kam.,[1] di
tanah Batak yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada tahun 1862 oleh Ingwer
Ludwig Nomensen.[2] Dengan demikian dapat
disimpulkan:
1.
Penginjilan sebagai salah satu tugas esensial gereja mempunyai peranan penting dalam kehidupan gereja. Gereja Tuhan di seluruh belahan bumi ini mulai dari perkotaan sampai dengan ke pedalaman lahir karena penginjilan.
Penginjilan sebagai salah satu tugas esensial gereja mempunyai peranan penting dalam kehidupan gereja. Gereja Tuhan di seluruh belahan bumi ini mulai dari perkotaan sampai dengan ke pedalaman lahir karena penginjilan.
2. Banyak
jiwa menjadi percaya kepada Yesus Kristus serta menerima-Nya sebagai Tuhan dan
Juru selamat pribadinya adalah karena penginjilan.
Menjadi pertanyaan apakah
gereja dapat berfungsi jikalau ia hanya melakukan
tugas penginjilan saja, dan
tidak melaksanakan tugas-tugas esensialnya yang lain? Selain penginjilan,
apakah tugas-tugas esensial gereja yang lainnya? Menzies dan Horton mengemukakan bahwa gereja mempunyai tiga
tugas rangkap, yaitu: memberitakan Injil ke seluruh dunia,[3]
melayani Allah,[4] membangun sekumpulan orang
kudus (orang-orang percaya yang berdedikasi), mengasuh mereka yang percaya
supaya mereka menjadi serupa dengan citra Kristus.[5]
Stott mengemukakan tugas pokok gereja ada tiga, yaitu: melayani (διαχονία)
[6]
(pelayanan sosial), kesaksian Kristen (μαρτυρέω),[7]
bersekutu (κοινωνία).[8]
Ketiga tugas rangkap
gereja tersebut tercermin dalam kehidupan jemaat mula-mula seperti yang
dinyatakan oleh kitab Kisah Para Rasul. Secara kronologis kitab ini mencatat kehidupan
gereja mula-mula itu sebagai berikut:
1. Setelah
peristiwa pencurahan Roh Kudus yaitu pada hari Pentakosta (Kis 2:1-4),
diberitakan bahwa di sana sedang berkumpul juga orang-orang Yahudi yang datang
dari daerah perantauan mereka (dari Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia,
Yudea, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia, Firigia, Mesir dan daerah-daerah
Libia yang berdekatan dengan Kirene, dan Roma) untuk merayakan hari Pentakosta
(Kis 2:5-12). Pada awalnya orang-orang tersebut menyebutkan bahwa murid-murid tersebut sedang mabuk anggur,
mendengar tanggapan orang-orang tersebut, lalu Petrus berdiri untuk menyerukan
berita keselamatan di dalam Yesus Kristus. Mendengar berita tersebut,
bertobatlah kira-kira tiga ribu jiwa jumlahnya (Kis 2:14-41).
2. Orang-orang
yang bertobat tersebut menjadi percaya dengan berita yang
disampaikan
oleh Petrus tersebut lalu memberi diri mereka dibaptis. Kemudian mereka
berkumpul dan bersekutu serta dengan tekun mendengarkan pengajaran para rasul
(Kis 2: 42-47). Dalam kehidupan jemaat yang mula-mula ini suasana koinonia
dan diakonia
di antara jemaat masih sangat baik. Lukas mencatat orang-orang percaya
bertekun dalam pengajaran rasul-rasul (pemuridan), dalam persekutuan (koinonia), dan selalu berkumpul untuk
memecahkan roti (diakonia).
3. Dalam
Kisah Para Rasul 6: 1 dicatat tugas koinonia dan diakonia dalam jemaat kurang
diperhatikan. Keadaan ini membuat kehidupan gereja mula-mula yang tadinya
sangat harmonis menjadi sedikit bermasalah. Kurang berfungsinya salah satu
tugas gereja pada waktu itu menyebabkan tugas-tugas yang lain juga menjadi
terganggu.
Contoh kasus yang dicatat
oleh Lukas dalam kitab Kisah Para Rasul menjelaskan keadaan gereja pada waktu itu, dan juga sering
dialami oleh gereja masa kini. Berdasarkan bukti tersebut, pada waktu ketiga
tugasnya dijalankan dengan seimbang, kehidupan gereja tetap harmonis. Keharmonisan
itu memberi dua dampak, yaitu:
1. Orang-orang
yang belum percaya di sekitar gereja menyukai kehidupan mereka,
2. Banyak
dari orang-orang yang belum percaya itu menjadi percaya dan mengikut jalan
keselamatan (disebut juga sebagai ajaran jalan Tuhan).
Keadaan kehidupan gereja yang harmonis tersebut tidak
dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Lukas mencatat bahwa pada waktu
gereja mulai tidak menjaga keseimbangan di antara tugas- tugasnya, gereja masuk
ke dalam kehidupan yang berbeda dengan keadaan sebelumnya (Luk 6: 1). Lukas mencatat,
gereja kurang memperhatikan tugas diakonia. Akibatnya terjadilah perselisihan
di antara jemaat Yahudi berbahasa Yunani dan jemaat Yahudi berbahasa Ibrani. Perhatikanlah
gambar di bawah ini!
Gambar 1.
Diagram Tiga Tugas Gereja
Pada gambar 1 di atas, penulis
menganalogikan tugas penginjilan, koinonia, dan diakonia sebagai dinding pagar
yang melindungi gereja lokal. Apabila salah satu tugasnya ditiadakan, gereja kehilangan
salah satu dinding pagar perlindungannya. Dengan demikian, gereja mudah
diserang oleh berbagai masalah, baik dari luar gereja, dan juga tidak tertutup
kemungkinan dari dalam gereja sendiri. Tanpa kesatuan dan keseimbangan di
antara ketiga sisi pagar tersebut, kehidupan gereja menjadi kurang harmonis. Akibatnya,
gereja kurang efektif untuk menjalankan fungsinya di tengah dunia ini.
[1] H.
Berkhof & L. H. Enklaar, Sejarah
Gereja, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1990), p. 314.
[2]
Ibid, p. 316.
[3] William W. Menzies & Stanlesy M.
Horton, Doktrin Alkitab, (Malang:
Gandum Mas, 1998), p.165.
[4]
Ibid, p. 166.
[5]
Ibid, p. 171.
[6]
John Stot, Satu Umat, p. 23.
[7]
Ibid, p. 52.
[8] Ibid, p. 86.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar