Minggu, 05 Agustus 2012

PENGINJILAN, SALAH SATU TUGAS ESENSIAL GEREJA

Istilah “penginjilan” sudah menjadi satu istilah yang umum, dan erat hubungannya dengan kehidupan gereja di sepanjang zaman. Dalam konteks masa kini, beberapa gereja lokal menanggapi penginjilan sebagai satu tugas yang dapat  dilakukan melalui bersaksi kepada orang-orang yang ditemuinya. Beberapa gereja lokal lainnya menanggapi penginjilan sebagai satu tugas dari anggota-anggota tertentu saja, dan beberapa gereja lokal berpendapat bahwa penginjilan merupakan tugas dari gereja lokal lainnya, sedangkan gereja lokal tersebut bertugas untuk mendewasakan orang-orang yang datang kepadanya.
Menurut Kamus Besar  Bahasa Indonesia kata “tugas” didefinisikan sebagai: (- kewajiban), sesuatu yang wajib dikerjakan atau yang ditentukan untuk dilakukan; suruhan (perintah) untuk melakukan sesuatu; fungsi (jabatan),[1] sedangkan kata “esensial” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan:  perlu sekali; penting; hakiki; harus ada.[2] Dari pengertian  kata “tugas” dan kata “esensial” tersebut, maka penginjilan sebagai salah satu tugas esensial gereja adalah satu kewajiban, atau sesuatu yang wajib dikerjakan, dan yang ditentukan untuk dilakukan oleh gereja.
Ditinjau dari definisi di atas, menurut hemat penulis tugas penginjilan sering kali tidak dilakukan dengan semestinya. Oleh karena itu, perlu diadakan penyelidikan terhadap beberapa topik utama di sekitar penginjilan sehingga dapat membuka wawasan berpikir tentang kepentingan dari tugas tersebut. Topik yang penulis maksudkan antara lain:
1.       Pengertian Penginjilan secara etimologis?
2.       Penginjilan itu inisiatif siapa dan mengapa ia mengadakannya?
3.       Siapa yang mengamanatkan tugas ini kepada gereja?
4.       Bagaimana posisi dari tugas penginjilan di antara  tugas gereja yang lainnya?
5.       Korelasi antara penginjilan dengan pertumbuhan gereja?
6.       Siapa yang menjadi sasaran dari penginjilan ditinjau dari amanat yang diberikan kepada gereja?
Harapan penulis dengan adanya pemahaman terhadap keenam topik tersebut di atas akan memotivasi gereja dalam mencari solusi untuk mengefektifkan penginjilan di lingkungan yang telah dipercayakan Tuhan kepadanya. 

Pengertian Penginjilan Secara Etimologis.

Dalam Alkitab, baik dalam kitab-kitab Perjanjian Baru mau pun dalam kitab-kitab Perjanjian Lama, kata “penginjilan” tidak ditemukan secara hurufiah. Pada hakikatnya kata ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu “eύaggeliξω” dibaca “evanggeliso” artinya:  “mengumumkan, memberitakan, atau membawa kabar baik, [3] dan “memproklamasikan Injil atau menjadi pembawa kabar baik di dalam Yesus”[4]
Dalam konteks aslinya kata “evanggeliso” merupakan  satu istilah yang dipakai dalam kemiliteran Yunani. Kata ini memiliki arti “upah yang diberikan kepada pembawa berita kemenangan dari medan tempur,  dan atau berita kemenangan itu sendiri.” [5]  Kemudian orang Kristen menggunakan kata “evanggeliso” untuk


menjelaskan “berita” tentang pengorbanan dan atau karya Yesus Kristus.[6] 
Kata evanggelisosinonim dengan kata “κερισσω” dibaca kerysso.” Kata ini pada mulanya adalah satu istilah yang dipakai untuk seorang utusan resmi (utusan itu disebut “Kerux”) yang menyampaikan pengumuman dari raja.[7] Kata ini dalam bahasa Yunani memiliki arti mengumumkan sebagai seorang bentara, atau memproklamasikan kabar baik. Pengumuman tersebut pada hakikatnya sangat penting, sehingga tidak dapat dibantah atau ditunda.[8]  
Kitab Perjanjian Lama menggunakan kata yang paralel dengan “kerysso” yaitu “qầrầ,”yang artinya “berseru.”[9] Dalam kitab Septuaginta (LXX) kata “keryssodipakai lebih dari 30 kali, baik dalam arti sekular tentang pengumuman resmi raja-raja, maupun dalam arti agamawi tentang pengucapan kenabian (Yes 61:1; Yoel 1:14; Zak 9:9).[10] Sedangkan dalam kitab-kitab Perjanjian Baru kata kerysso dipakai sebanyak 60 kali.[11]
Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru digunakan kata lain yang berhubungan dengan penginjilan seperti kata “διδασχω” dibaca “didasko” artinya mengajar, atau mengajarkan.[12] Tuhan Yesus sering menggunakan penginjilan dengan cara ini, contoh penggunaannya dicatat dalam Matius 10: 7-15; 4: 23; 7: 28; 9:35; Markus 1:21; 6:6; Lukas 10: 4-12. Kata kedua yaitu: “μαρτυρεω” dibaca “martureo” artinya bersaksi, atau menyampaikan kesaksian berdasarkan apa yang dialami.[13] Penginjilan dengan cara ini juga dipakai oleh para rasul (Kis 2: 40).
Setelah menyelidiki arti kata “penginjilan” secara etimologis, maka “penginjilan” adalah:
1.      Satu tugas untuk mengumumkan atau memberitakan kabar baik, dan atau kabar keselamatan di dalam Yesus Kristus.
2.      Dilakukan dengan cara menyerukannya seperti seorang utusan raja yang sedang mengumumkan satu dekrit, yaitu dengan suara yang keras dan tegas, dan dapat juga dilakukan dengan mengajar seperti kepada seorang murid, dan dengan bersaksi berdasarkan apa yang dialami oleh pemberita Injil tersebut.
3.      Tugas penginjilan tidak dapat dibantah dan atau dilalaikan karena berita itu menyangkut keselamatan jiwa banyak orang yang dikasihi oleh pemberi perintah.


[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985), p. 1094.
[2] Ibid, p. 236
[3] James Strong,  Strong’s Exhaustive Concordance Of The Bible (Iowa: Riverside BOOK and Bible House Iowa Falls), p. 33.
[4] Horst Balz & Gerhard Schneider, Exegetical Dictionary Of The New Testament (Volume 2), (Michigan: William B. Eerdmans Publishing Company Grand Rapids, 1991; reprint ed. , 2000), p. 69
[5] Yakub Tomatala, Penginjilan Masa Kini (jilid 1) (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1988), p. 24.
 [6] Ibid.
[7] Ensiklopedia AlkitabMasa Kini (Jilid 1), ed. S.v. “Berita, Pemberitaan.” By R.H. Mounce. (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1995; Reprint ed. 2000), p. 183
[8] Yakub Tomatala, Penginjilan Masa Kini (Jilid 2) (Malang: Yayasan Penerbit Gandum Mas, 1998), p. 21.
[9] Ensiklopedia Alkitab Masa Kini (Jilid 1), p. 183.
[10] Ibid.
[11] Ibid, p.182
[12] Yakub Tomatala, p. 21.
[13] Ibid, p. 22.

Tidak ada komentar: