Senin, 03 September 2012

Resensi Buku 5 Teladan Kepemimpinan


Nama                          : Manto Manurung, S.Th.
Jenis Tugas                 : Resensi Buku
Judul Buku                   : 5 Teladan Kepemimpinan
Editor                            : James M. Kouzes & Barry Z Posner
Jenis Buku                    : Bisnis, Manajemen & Keuangan » Manajemen & Leadership
Penerbit                         : Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Edisi                              : Soft Cover
ISBN                            : 979-694-907-5
Tanggal Penerbitan       : 2006
Pengalih Bahasa            : Reslian Pardede
Penyunting                    : Kartika Simatupang
Bahasa                          : Indonesia
Halaman                        : xii + 221
Ukuran                          :140x210x0mm


Sinopsis Buku:
            Bab 1 James dan Barry membahas pentingnya mempelajari kepemimpinan secara serius. Kepemimpinan bukanlah hak khusus segelintir orang tertentu, satu jender tertentu saja, atau satu ras atau agama, suku dan budaya tertentu saja. Kepemimpinan bukan hanya berbicara tentang cakupan kekuasaan, tetapi juga kemampuan pemimpin untuk memberikan keteladanan bagi orang-orang di sekitarnya.
Baik hidup dalam konteks sekular maupun religius, warisan kepemimpinan yang ditinggalkan adalah kehidupan dari sang pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan adalah suatu keterampilan yang bisa dipelajari, dilatih, dan dikembangkan. Inilah pelajaran terpenting yang diperoleh James M. Kouzes dan Barry Posner dalam penelitian mereka selama lebih dari 20 tahun.
Buku ini mengungkapkan 5 Teladan Kepemimpinan, yaitu Menjadi Contoh, Menginspirasi Suatu Visi Bersama, Menantang Proses, Memampukan Orang Lain untuk Bertindak, dan Membangkitkan Semangat. Pembahasan dalam buku ini menawarkan panduan praktis dan berbagai contoh untuk mengilhami tentang bagaimana para pemimpin Kristen dapat memiliki pengaruh yang sangat kuat di tempat kerja, komunitas, dan jemaat, dengan membawa iman ke dalam kepemimpinan mereka.

Kamis, 23 Agustus 2012

Kepemimpinan Yusuf Anak Yakub



PENDAHULUAN


Latar Belakang Masalah


Dari waktu ke waktu kepemimpinan menjadi perhatian manusia. Kepemimpinan dibutuhkan karena adanya keterbatasan dan kelebihan-kelebihan dalam diri manusia. Sejarah umat manusia memperlihatkan kepada kita tentang keberadaannya yang hidup berkelompok. Oleh karena itu, manusia sudah tidak asing dengan kepemimpinan. Kebutuhan akan kepemimpinan yang tepat pada zaman dan konteksnya semakin mendesak. Kepemimpinan yang demikian membutuhkan prasyarat-prasyarat yang khusus pula.
Kepemimpinan atau gaya memimpin seorang pemimpin merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat manusia yang dipimpin. Kepemimpinan merupakan faktor penentu berhasil tidaknya tujuan-tujuan di dalam setiap komunitas.
John Maxwel mengutip pernyataan dari James C. Georges dari ParTraining Corporation. James mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan memperoleh pengikut.[i] Seorang pemimpin dituntut agar memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang-orang agar mau mengakui kepemimpinannya.
John C. Maxwell mengutip hasil penelitian dari para sosiolog yang mengatakan : “bahkan yang paling tertutup akan mempengaruhi sepuluh ribu orang lainnya dalam masa hidupnya.”[ii] Artinya pada dasarnya, setiap orang dapat menjadi pemimpin. Apakah ia menjadi orang yang mempengaruhi orang lain ke arah yang lebih benar, dan atau ke arah yang tidak benar.
Berikut ini beberapa definisi tentang kepemimpinan, antara lain :
  1. A Leader is an individual who influences others to act toward a particular goal or end-state (Judith R. Gordon),[iii]
  2. Leadership is the ability to influence a group toward the achievement of goals (Stephen P.Robbins),[iv]
  3. Managerial Leadership is a process of directing and influencing the task-related activities of group (Ralph M. Stogdill).[v]

Kamis, 16 Agustus 2012

Design a strategi for developing spiritual gift in the local Church


Name                    : Manto Manurung        
Course Project     : Design a strategi for developing spiritual gift in the local Church.
Date line               : 22nd November 2006.

Tugas ini saya buat sebagai satu bentuk yang saya harapkan boleh saya terapkan di tempat pelayanan yang Tuhan percayakan kepada saya. Tuhan mempercayakan kepada saya satu tempat pelayanan yang luar biasa. Tempat ini sudah berdiri lebih dari 14 tahun yang lalu. Namun hal yang menjadi pusat perhatian saya  gereja ini tidak bertumbuh dengan normal.
Faktanya adalah selama 14 tahun gereja Tuhan ada di daerah Songsi, telah terjadi 5 kali pergantian pemimpin. Saya adalah orang yang kelima yang melayani di daerah ini. Pertanyaan mengapa gereja Tuhan dan pelayan-pelayan Tuhan tidak dapat melakukan misi Injil di daerah ini? Jawabannya adalah  karena adanya beberapa faktor, antara lain : kurang terbukanya penduduk sekitar terhadap gereja karena sebelum kekritstenan datang ke daerah tersebut, mereka sudah mengaut agama-agama lain.  Daerah ini merupakan sarang dari berbagai-bagai jenis kejahatan, antara lain : pencurian, penodongan, perjudian, perdagangan narkoba, pelacuran, premanisme. Menurut saya ini bukanlah faktor utama yang membuat gereja Tuhan tidak bertumbuh, melainkan faktor intern yang kurang dalam memanfaatkan karunia Rohani yang telah Tuhan sediakan bagi gerejanya.

Karakter Seorang Pemenang di dalam Tuhan


 Pendahuluan :

Setiap orang ingin menang dalam hidupnya, baik dalam segi perlombaan maupun segi karakter. Namun untuk memperoleh kemenangan tersebut sangatlah sulit, karena dia harus melibatkan semua yang ada pada diriya yaitu: semangat, tenaga, dan usaha. Suatu kemenangan bisa dicapai dengan baik apabila melewati suatu proses yang panjang. Seorang petinju sebelum naik di ring tinju untuk mengadakan pertandingan, dia harus mempersiapkan dirinya terlebih dahulu, dan yang diperlukan adalah kondisi fisik yang baik, berlatih keras, mengatur keseimbangan tubuh, dan mengadakan pemanasan. Ketika dia berhasil sampai memukul lawannya K.O maka dialah pemenang. Tetapi belum tentu karakter seorang petinju itu adalah karakter pemenang.
           

KEPEMIMPINAN YESUS



Dalam Bab I penulis telah membahas tentang definisi kepemimpinan sebagai satu keahlian atau kecakapan untuk mempengaruhi orang lain dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan oleh pemimpin. Alkitab mencatatkan beberapa catatan penting tentang kepemimpinan Yesus. Banyak orang yang hidup di zaman itu kagum melihat kepridaian dan filosofi-filosofi yang diajarkan-Nya (Matius 7: 28-29), bahkan orang yang tadinya menjadi penentang-Nya pada akhirnya menjadi imitating-Nya (band. Kis 6:7; 8:1-3, 9:1-20). Kepemimpinan-Nya sungguh memberikan dampak luar biasa dalam peradaban manusia. Ia menjadi inspirasi bagi pemimpin-pemimpin di kemudian hari. Lincoln pemimpin besar Amerika pada era tahun 1800-an. Setiap pemikiran, dan tindakannya dinafasi oleh filosofi yang diterimanya dari pemimpin agungnya Yesus Kristus. Di akhir hayatnya, menteri Angkatan Bersenjata Stanton berkata: “di sana terbaring lelaki paling sempurna yang pernah ada di dunia.”[i]
Yesus sebagai tokoh utama dalam makalah ini akan diteliti model kepemimpinan-Nya berdasarkan ilmu kepemimpinan modern.

Minggu, 05 Agustus 2012

PENGINJILAN, SALAH SATU TUGAS ESENSIAL GEREJA

Istilah “penginjilan” sudah menjadi satu istilah yang umum, dan erat hubungannya dengan kehidupan gereja di sepanjang zaman. Dalam konteks masa kini, beberapa gereja lokal menanggapi penginjilan sebagai satu tugas yang dapat  dilakukan melalui bersaksi kepada orang-orang yang ditemuinya. Beberapa gereja lokal lainnya menanggapi penginjilan sebagai satu tugas dari anggota-anggota tertentu saja, dan beberapa gereja lokal berpendapat bahwa penginjilan merupakan tugas dari gereja lokal lainnya, sedangkan gereja lokal tersebut bertugas untuk mendewasakan orang-orang yang datang kepadanya.

Penginjilan Dan Masyarakat Di Sekitar Gereja


Stott mengemukakan gereja sebagai ekklesia-Nya Allah, dipanggil Allah dari dunia ini menjadi milik-Nya untuk hidup kudus karena Dia adalah Allah yang kudus, dan hidup berpadanan dengan panggilannya.[1] Panggilan itu tidak bertujuan agar gereja menarik diri keluar dari dunia kepada kehidupan pietisme.[2] Tuhan tidak memanggil gereja, juga tidak memisahkan secara total dari masyarakat dunia ini.
Gereja dipanggil dari dunia, dan secara status disebut sebagai orang-orang kudus, berbeda, terpisah; umat yang dikuduskan bagi Allah, tetapi Tuhan tidak membuat gereja-Nya menjadi gereja yang eksklusif. Allah juga mengutus gereja ke dalam dunia untuk menyaksikan Kabar baik kepadanya.
Robert dan Evelyn dalam buku dengan judul “Menyampaikan Kabar Baik” memberikan gambaran tentang jiwa-jiwa di sekitar kita:
Mungkin saudara pernah menumpang sebuah bus atau kereta api yang penuh sesak. Ingatkah saudara bagaimana keadaannya? Semua tempat duduk penuh. Mungkin saudara harus berdiri dengan banyak orang lain dan orang yang berdiripun harus berdesak-desakan! Banyak negara makin padat penduduknya. Meskipun setiap hari dibangun gedung-gedung baru, namun tidak cukup perumahan bagi setiap orang.
Makin banyak orang, makin cepatlah penduduk meningkat. Dalam tahun 1930 dunia kita berpenduduk 2 milyar orang. Sekarang sudah lebih dari empat milyar. Itu berarti tambahan 2 milyar orang dalam waktu 50 tahun. Akan tetapi, pada tahun 2000 mungkin penduduk dunia akan mencapai 6 milyar orang – tambahan dari 2 milyar dalam waktu 20 tahun saja.
Apa artinya ini bagi saudara sebagai orang yang percaya kepada Kristus? Saudara akan segera menyadari bahwa kebanyakan orang di sekeliling saudara belum diselamatkan. Saudara juga akan menyadari bahwa ada lebih banyak orang yang hidup, yang belum diselamatkan dewasa ini daripada generasi-generasi sebelumnya. Ini berarti bahwa setiap orang percaya diperlukan untuk memberitakan kepada orang lain tentang Juruselamat.[3]

Kutipan di atas memberikan gambaran kepada gereja masa kini akan tugasnya yang semakin bertambah setiap harinya. Banyak orang di sekitar gereja belum pernah mendengarkan berita Injil. Bagaimana respon gereja melihat orang-orang tersebut? Adilkah jika seseorang telah dua kali mendengar Injil sedangkan orang lain belum pernah sekali pun mendengarkannya? [4] (pertanyaan yang kedua penulis kutip dari salah satu judul yang diberikan oleh Smith dalam dalam salah satu bab dalam bukunya yang berjudul “Merindukan Jiwa Yang Tersesat”).

Gereja sebagai penerima Amanat Agung bertanggung jawab penuh untuk memberitakan kabar baik kepada orang-orang yang belum selamat. Gereja haruslah menyikapi tugas tanggung jawabnya dalam satu tindakan yang dimulai dari masyarakat di sekitarnya. Hamilton berkata: “Anda tidak mungkin dapat menjangkau seluruh dunia, tetapi mulailah dari tempat di mana Anda (gereja) saat ini.[5]  Pendapat ini mengingatkan gereja agar tidak berpikir jauh lebih tinggi dari yang dapat dilakukannya sebelum ia menjangkau seluruh dunia. Pendapat Hamilton ini diteguhkan oleh Alkitab yang mencatatkan bahwa di mana pun Yesus berada, Ia selalu mencari orang-orang yang terhilang, dan Ia berbelas kasihan terhadap mereka

Penginjilan, Korelasinya Dengan Pertumbuhan Gereja


Hamilton berpendapat “kalau gereja ingin melihat gambaran pertumbuhan gereja, marilah kita melihat tugas khusus kita yaitu penginjilan.”[1] Kemudian Gerber menegaskan bahwa penginjilan haruslah dilaksanakan berdasarkan Amanat Agung. Mengapa? Perhatikanlah kutipan berikut ini:
Inti Amanat Agung ialah JADIKANLAH ... MURID, artinya membawa orang, baik pria maupun wanita, kepada Yesus Kristus, sehingga mereka beriman dan dengan sepenuh hati menyerahkan diri kepada Dia.
Ini merupakan proses yang terus menerus, proses yang mempersekutukan orang-orang yang beriman kepada Yesus Kristus, menjadikan mereka anggota-anggota gereja yang bertanggung jawab dan yang berbuah. Murid-murid ini pergi untuk menjadikan orang-orang lain murid Yesus Kristus, membaptiskan mereka, mengajar mereka serta menggabungkan mereka kepada gereja. Oleh karena itu, penginjilan yang tidak mempersekutukan petobat-petobat baru kepada gereja setempat tidak dapat dikatakan mencapai tujuan.

Penginjilan, Salah Satu Tugas Gereja Di Antara Tugas-tugasnya Yang Lain


Sejarah gereja memang mencatat bahwa gereja ada karena penginjilan. Ini dapat dibuktikan dari catatan-catatan yang terdapat dalam kitab Perjanjian Baru khususnya kitab Kisah Para Rasul. Berikut ini bukti-bukti penginjilan yang dicatat oleh kitab Kisah Para Rasul:
1.      Dalam dunia Perjanjian Baru, dicatat bahwa  sejarah kelahiran gereja dimulai setelah peristiwa pencurahan Roh Kudus yang terjadi pada hari Pentakosta. Setelah peristiwa tersebut Petrus menyerukan berita Injil kepada orang-orang Yahudi yang sedang berkumpul di Yerusalem sehubungan dengan hari raya Pentakosta. Penginjilan pertama ini menghasilkan sebanyak 3000 orang percaya dan memberi diri mereka dibaptiskan sesuai dengan perintah Tuhan Yesus. (Kisah Para Rasul  2: 41).
2.      Petrus dan Yohanes berbicara kepada orang banyak, imam-imam dan kepala pengawal bait Allah serta orang-orang Saduki. Dari antara mereka yang mendengarkan ajaran itu menjadi percaya. Anggota gereja bertambah menjadi
kira-kira 5000 orang laki-laki, belum termasuk anak-anak dan wanita (Kis 4: 1-4).
3.      Pada waktu yang lain Tuhan mengutus Petrus untuk penginjilan kepada orang bukan Yahudi yaitu kepada Kornelius dan keluarganya. Penginjilan kepada keluarga non Yahudi ini memenghasilkan orang percaya baru yaitu Kornelius dan
seluruh isi rumahnya. (Kis 11).
4.      Rasul Paulus serta teman-temannya penginjilan ke daerah-daerah di luar Yerusalem. Alkitab mencatat beberapa nama dari jemaat di luar Yerusalem hasil penginjilan tersebut, antara lain: jemaat di Ikonium Listra (Kis 13: 43, 48); jemaat di Antiokia (Kis 14:21), jemaat di Filipi (Kis 16:13,14), jemaat di Tesalonika yang terdiri dari orang-orang Yunani (Kis 17: 1-4).
Sejarah gereja sesudah dunia Perjanjian Baru juga memberikan bukti-bukti penting bagaimana peranan penginjilan dalam kehidupan gereja Tuhan sepanjang masa. Khususnya di Indonesia, gereja Tuhan di negeri ini dapat berdiri karena penginjilan yang dilakukan oleh para penginjil dari Eropa yang bernaung di Nederlands Zendeling Genootscap (N.Z.G.), antara lain di Maluku oleh Yosef Kam.,[1] di tanah Batak yaitu Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada tahun 1862 oleh Ingwer Ludwig Nomensen.[2] Dengan demikian dapat disimpulkan:
1.

Penginjilan Dan Korelasinya Dengan Amanat Agung


Penginjilan sebagai salah satu tugas esensial gereja pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari Amanat Agung, yaitu amanat yang diberikan oleh Tuhan Yesus kepada murid-murid-Nya sebelum Ia terangkat ke sorga. Amanat tersebut dicatat oleh Matius, Markus, dan Lukas sebagai berikut:
1.      Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”  (Matius 28:18-20).
2.      Lalu Ia (Yesus) berkata kepada mereka: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala mahluk, siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum. Tanda-tanda ini akan menyertai orang-orang yang percaya; mereka akan mengusir setan-setan dalam nama-Ku, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh” (Markus 16: 15-18).
3.      Kata-Nya kepada mereka: “Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, dan lagi: dalam nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya ini. Dan aku akan mengirim kepada kamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku. Tetapi kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat yang tinggi” (Lukas 24:46-49).

Penginjilan, Inisiatif dan Bukti Kasih Allah Kepada Manusia


Penginjilan sebagai salah satu tugas esensial gereja perlu dilihat dari sisi inisiator dan motifasi yang mendorong inisiator untuk melakukannya. Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mencatat bukti-bukti penting tentang inisiator dan motifasi yang mendorongnya untuk mengadakan penginjilan. Perhatikanlah fakta-fakta berikut ini yang tertera pada tabel di bawah ini. Alkitab mencatat dengan sangat jelas tentang sikap Allah terhadap manusia sebelum dan sesudah kejatuhannya ke dalam dosa.
Sebelum Manusia Jatuh dalam Dosa
Sesudah Jatuh dalam Dosa
1.      Hubungan Antara Manusia Dengan Allah Sangat Intim.
 Bukti-buktinya:
-   Allah memberi perintah langsung kepada manusia untuk beranakcucu, serta memenuhi bumi, dan menaklukkan bumi (Kej. 1: 28),
-   Allah menjelaskan jenis makanan yang layak untuk manusia (Kej. 1: 29),
-   Allah memberikan otoritas serta kepercayaan kepada manusia untuk mengusahakan taman Eden (Kej. 2:15),
-   Allah memberikan perintah larangan kepada manusia dan menjelaskan akibat yang akan dialaminya apabila tidak mematuhinya ( Kej. 2: 17),
-   Tuhan membuat manusia berbeda dengan mahluk ciptaan-Nya yang lainnya (Kej. 2: 9, 18-22).
2.      Manusia menerima sesamanya dengan penuh penghargaan (Kej 2: 23-24)
3.      Allah merupakan sumber kehidupan manusia.
 Bukti-buktinya :
-       Tuhan Allah menyediakan segala kebutuhan jasmaniah manusia (Kej 2: 8-9),
-       Tuhan Allah menyediakan kebutuhan jiwa manusia (Kej 2: 18-22).
1.      Keintiman Hubungan Itu Terputus.
Bukti-buktinya :
-    Manusia berusaha menarik diri dari perjumpaan dengan Allah dengan bersembunyi di antara pohon-pohonan dalam taman (Kej. 3: 8),
-    Manusia takut bertemu dengan Allah (Kej. 3: 9-10),
2.      Manusia tidak menerima sesamanya seperti pada waktu Allah menciptakannya, manusia cenderung menyalahkan  sesamanya, dan benda-benda lain di luar dirinya ( Kej. 3: 12),
3.      Perempuan akan mengalami sakit pada bersalin (Kej. 3: 16),
4.      Manusia harus bersusah payah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya selama di muka bumi ini (Kej. 3: 17),
5.      Allah tetap campur tangan dalam kehidupan manusia.
Bukti-buktinya :
-      Allah membuat satu ketetapan tentang akan adanya penyelamatan di masa depan (Kej 3: 15),
-      Tuhan menjelaskan akibat yang harus dialami oleh manusia (Kej 3: 17-19),
-      Tuhan Berinisiatif menutupi ketelanjangan manusia (Kej 3: 21).

Tabel 1. Perbandingan Sebelum dan sesudah manusia jatuh dalam dosa.

Pada tabel di atas, satu bukti menyatakan bahwa setelah jatuh ke dalam dosa, “mereka takut bertemu dengan Allah” (Kejadian 3:8). Pada waktu Adam dan Hawa mendengar langkah kaki Allah, Adam dan Hawa lebih memilih bersembunyi  dari hadapan Allah karena takut bertemu dengan-Nya. Chales dalam Wycliffe Commentary  memberikan pendapat tentang kata “takut” sebagai satu keadaan takut disertai dengan perasaan terteror.[1] Tomatala menegaskan, perasaan takut dan terteror itu  terjadi karena Adam diperhadapkan kepada hukuman  kematian terhadap kebenaran (Kejadian 2: 17; 1 Petrus 2: 24) dan hidup untuk dosa sebagai akibat dari ketidak-taatannya.[2] Dalam keadaan itu, Allah tidak mendekati mereka dalam guntur atau  dengan panggilan yang kasar.[3]  Dalam kasus tersebut, posisi Adam secara yuridis (kata “yuridis” artinya menurut hukum; secara hukum[4]) terbukti melanggar perintah Allah.[5] Pada waktu Adam mengetahui dirinya telah bersalah karena gagal mentaati perintah Allah (Kejadian 2: 16,17), Adam  beserta isterinya berusaha untuk bersembunyi dari Allah. Dalam kasus tersebut, Allah-lah yang berinisiatif untuk menemukan mereka.

Latar Belakang Masalah

Penginjilan merupakan salah satu tugas esensial gereja, karena  tugas ini diperintahkan langsung oleh Tuhan Yesus kepada gereja sebelum Ia terangkat ke sorga. Perintah itu disebut sebagai Amanat Agung, dan di dalamnya tertuang langkah-langkah yang harus dilakukan gereja pada waktu melaksanakan tugas ini.
Penginjilan sebagai satu tugas, pada mulanya ditanggapi oleh gereja sesuai dengan isi amanat yang diterimanya dari Tuhan Yesus. Alkitab memberikan catatan-catatan penting tentang pergerakan gereja mula-mula dalam meresponi tugas ini. Sebagai bagian dari tugas utamanya gereja masa kini pun masih mengakui penginjilan sebagai tugas dan tanggung jawabnya. Menjadi pokok permasalahannya bagaimana gereja meningkatkan keefektifan penginjilan sebagai salah satu tugasnya, khususnya di tengah masyarakat yang majemuk.
Penginjilan di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh gereja. Apakah gereja mampu menghadapi tantangan demi tantangan yang ditemukannya di tengah masyarakat dunia ini, khususnya ketika ia diperhadapkan dengan masyarakat yang majemuk? Atas dasar pemikiran ini, penulis mencoba menggali kebenaran firman Allah dan meneliti buku-buku hasil riset dari beberapa pakar yang membahas tentang gereja, penginjilan dan masyarakat di sekitar gereja. Berdasarkan hasil penelitian tersebut penulis menyajikan karya tulis ini dengan judul: “Penginjilan Di Tengah Masyarakat Majemuk: Tantangan dan Solusinya.”

Rabu, 11 Juli 2012

Mengalami Pertolongan dari TUHAN Yesus!

Markus 5: 21-34
Pendahuluan:
Hidup dan kehidupan kita di dalam rentangan waktu di bumi ini merupakan sesuatu yang :
  1. Bersifat real karena hidup manusia itu adalah nyata, dapat dilihat prosesnya, dan dirasakan suasanya,
  2. Tetapi hidup manusia itu juga merupakan satu mistery karena tidak seorang pun yang tahu dengan pasti dia harus lahir di keluarga mana, dibelahan bumi mana, dalam strata sosial yang seperti apa, bahkan tidak seorang pun tahu dengan pasti apa yang akan terjadi .
Dari sisi kehidupan yang bersifat mistery, terkadang kita tidak mengerti mengapa ini dan itu harus terjadi. Sebagai contoh : Dave Branon mengisahkan hal yang terjadi dengan anak mereka Melissa. Brannon menuliskan kisahnya di http://alkitab.sabda.org/illustration.php?topic=71
“Bagaimana ini dapat terjadi? Bagaimana mungkin Tuhan membiarkan putri kami yang cantik, Melissa, diambil dari keluarga kami dalam kecelakaan mobil pada usia 17 tahun? Dan bukan kami saja. Sahabat kami, Steve dan Robyn, juga kehilangan putrinya Lindsay—sahabat Melissa—9 bulan sebelumnya. Dan bagaimana dengan Richard dan Leah yang putranya Jon, teman Melissa juga, terbaring dalam sebuah makam yang berjarak 45 meter dari makam Lindsay dan Melissa?"
Bagaimana mungkin Allah mengizinkan ketiga remaja kristiani ini meninggal secara berturut-turut dalam waktu 16 bulan? Dan bagaimana kami dapat tetap memercayai-Nya?
Kematian merupakan salah satu bentuk persoalan yang sulit untuk kita mengerti. Artinya masih banyak bentuk persoalan hidup lainnya yang mungkin dapat merampas kepercayaan kita kepada Allah dan alasan kita untuk hidup. Untuk itu, saya mengajak Bapak/ibu/saudara/saudari sekaliannya untuk membaca kitab Markus 5: 21-40
21 Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. Sedang Ia berada di tepi danau, 22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya 23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup." 24 Lalu pergilah Yesus dengan orang itu. Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya. “25. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. 26 Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.” 27 Dia sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, maka di tengah-tengah orang banyak itu ia mendekati Yesus dari belakang dan menjamah jubah-Nya 28 Sebab katanya: "Asal kujamah saja jubah-Nya, aku akan sembuh.“ 29 Seketika itu juga berhentilah pendarahannya dan ia merasa, bahwa badannya sudah sembuh dari penyakitnya. 30 Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" 31 Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" 32 Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. 33 Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. 34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" 35 Ketika Yesus masih berbicara datanglah orang dari keluarga kepala rumah ibadat itu dan berkata: "Anakmu sudah mati, apa perlunya lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru?" 36 Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: "Jangan takut, percaya saja!" 37 Lalu Yesus tidak memperbolehkan seorangpun ikut serta, kecuali Petrus, Yakobus dan Yohanes, saudara Yakobus. 38 Mereka tiba di rumah kepala rumah ibadat, dan di sana dilihat-Nya orang-orang ribut, menangis dan meratap dengan suara nyaring. 39 Sesudah Ia masuk Ia berkata kepada orang-orang itu: "Mengapa kamu ribut dan menangis? Anak ini tidak mati, tetapi tidur!" 40 Tetapi mereka menertawakan Dia. Maka diusir-Nya semua orang itu, lalu dibawa-Nya ayah dan ibu anak itu dan mereka yang bersama-sama dengan Dia masuk ke kamar anak itu.
Dari nats yang sudah kita baca tadi terdapat dua sesi Cerita yang menarik untuk kita bahas. Tetapi dari hasil penelusuran saya akan nats-nats tersebut, saya meringkasnya menjadi satu kalimat pendek:

Setiap orang Percaya dapat mengalami pertolongan dari TUHAN YESUS

Bagaimanakah setiap orang Percaya dapat mengalami pertolongan dari TUHAN YESUS?


Syarat-syarat Bagaimanakah setiap orang Percaya dapat mengalami pertolongan dari TUHAN YESUS


Rendahkan Diri dan Hati, Serta akuilah bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan Keluar atas masalahmu

Hal tersulit bagi seorang pemimpin sekelas Yairus adalah merendahkan diri dan hati. Ayat 21b-24a menyatakanan (Sedang Ia berada di tepi danau, 22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya 23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup." 24 Lalu pergilah Yesus dengan orang itu). Perhatikanlah “tersungkurlah ia di depan kaki-Nya (kaki Yesus). Tindakan Yairus ini memiliki makna yang sangat dalam. Yairus mengakui otoritas Yesus jauh lebih tinggi darinya. Sekali pun banyak pemuka agama Yahudi pada masa itu tidak mengaku Yesus, tetapi Yairus memberikan sikap yang berbeda.

Sebagai seorang pemimpin rumah ibadat Yahudi, Yairus mengetahui bahwa hanya kepada Tuhan saja seorang Yahudi menyembah sesuai dengan hukum taurat. Lalu mengapa Yairus menyembah kepada Yesus? Tindakan Yairus ini sekaligus mengajarkan kepada kita bahwa dia (Yairus) mengenal Yesus lebih dari sekedar manusia biasa. Dia mengenal Yesus lebih dari pada petinggi agama Yahudi lainnya. Yairus juga mengakui bahwa hanya Yesus saja yang dapat menyelesaikan masalahnya. Adakah Anda telah mengenal Yesus secara pribadi? Adakah Anda telah menjadikannya sebagai satu-satunya yang berkuasa atas hidupmu? Saudara, pengenalan yang benar kepada TUHAN Yesus akan menolong kita untuk menghormati-Nya lebih dari segala sesuatu yang kita punya. Pengenalan itu juga yang akan menolong untuk bertindak benar ketika situasi hidup tidak memungkinkan untuk kita bertindak benar. Marilah tinggikan Yesus sebagai Tuan yang berkuasa atas seluruh hidup kita.

Jangan Menyerah Untuk tetap berharap Pada-Nya

Yang menarik dari perikop ini adalah :
  1. Anak Yairus yang berusia 12 tahun sakit hampir mati (Sedang Ia berada di tepi danau, 22 datanglah seorang kepala rumah ibadat yang bernama Yairus. Ketika ia melihat Yesus, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya 23 dan memohon dengan sangat kepada-Nya: "Anakku perempuan sedang sakit, hampir mati, datanglah kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap hidup.“ Mark 5: 21b-23), dan
  2. Perempuan yang pendarahan 12 tahun (“25. Adalah di situ seorang perempuan yang sudah dua belas tahun lamanya menderita pendarahan. 26 Ia telah berulang-ulang diobati oleh berbagai tabib, sehingga telah dihabiskannya semua yang ada padanya, namun sama sekali tidak ada faedahnya malah sebaliknya keadaannya makin memburuk.” Mark 5: 25-26).
  3. Kedua orang ini berada dalam masalah yang sangat kritis. Ketika mereka berjumpa dengan Tuhan Yesus, Markus mencatat “pada saat yang sama banyak orang datang kepada Yesus dengan berbagai keluhannya masing-masing.” Perhatikanlah ayat 21 dan 24b “21 Sesudah Yesus menyeberang lagi dengan perahu, orang banyak berbondong-bondong datang lalu mengerumuni Dia. 24b.Orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia dan berdesak-desakan di dekat-Nya.” (dalam terjemahan yang lain disebutkan bahwa orang-orang datang kepada Yesus dengan kepentingannya masing-masing).
  4. Sungguh keadaan yang mustahil bukan? Namun Yairus dan perempuan itu tidak patah harap. Mereka menaruh pengharapannya kepada Yesus .
  5. Yairus seorang terhormat dan perempuan yang pendarahan seorang yang hina, keduanya mendapat perhatian yang sama dari Tuhan Yesus.
  6. Dalam kedua cerita ini Markus menuliskan fakta
    •  Jairus kepala rumah ibadat Yahudi dapat menemui Yesus dengan mudah, tetapi anak perempuannya malah meninggal.
    • Setelah 12 tahun Perempuan itu mencari kesembuhan kemana-mana hingga habis segala yang dia punya, ditambah lagi tradisi taurat yang tidak memperbolehkannya untuk bersinggungan dengan orang-orang di sekitarnya, harusnya membuat dia mati dalam keputus-asaan. Tapi 6. Perhatikanlah ayat 27-29 dan 35-40: 7. Apakah Yang membuat Yairus dan perempuan itu tidak menyerah dengan situasi yang sulit itu?
    8. Markus menyatakan kepada kita bahwa perempuan itu sudah mendengar berita-berita tentang Yesus, dan Yairus mendengarkan langsung dari Yesus : : "Jangan takut, percaya saja!" . 9. Pada kesempatan ini saya mau mengatakan kepada sidang jemaat Tuhan di tempat ini, entah saudara mendengar perihal Yesus dari perkataan orang, atau saudara mendapat penegasan langsung dari Yesus, apa pun keadaan yang sedang engkau hadapi “percayalah bahwa Yesus pasti akan menolong sesuai dengan cara dan waktu-Nya.” 10. Ketika keadaan semakin tidak bersahabat, janganlah mundur dari Tuhan. Maju dan kobarkanlah semangat iman-mu. Mari kita berkata kepada tubuh, jiwa dan roh kita: “Tuhan aku tetap percaya kepada janji-Mu.”

    Kalau saudara masih ragu, saya mengajak saudara untuk menlihat Markus 9 :23 yang mengatakan “bagi orang percaya tidak ada yang mustahil.” dan Luk as 1:37 “Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil."

    Ijinkan Tuhan Bekerja Secara Tuntas Untuk Menolongmu


    Kehadiran Yesus di tengah umat manusia bukan hanya untuk memberikan janji-janji kosong. Pada Waktu IA menyatakan janji-Nya untuk menolong umat yang berharap penuh kepada-Nya, Ia pasti menolong dengan tuntas. Perhatikanlah fakta-fakta yang Markus berikan di dalam nats tadi :

    Pada waktu Yairus datang dan tersungkur di depan kaki Yesus, Markus menuliskan Yesus mengikuti Yairus, kemudian Markus menunjukkan bahwa perjalanan menuju ke rumah Yairus tidaklah mudah. Banyak orang berdesak-desakan di sekeling Yesus, dan akhirnya anak perempuannya yang berusia 12 Tahun itu meninggal.

    Apakah orang banyak dapat menghalangi langkah Yesus? Tidak...! Apakah kematian sang putri menghalangi Tuhan Yesus untuk menolong Yairus. Tidak...!
     Fakta-fakta lain yang Markus berikan di dalam :
    • Ketika penyakit perempuan itu sudah hilang, Yesus tidak cukup puas hanya menyembuhkan masalah fisik perempuan itu. Karena Yesus tahu bahwa pada hakikatnya perempuan itu masih mengalami masalah yang jauh lebih besar dari sekedar penyakit fisik. 
    • Pendarahan yang di deritanya itu memberikan dampak lain kepadanya. Tadi saya sudah membahas bahwa Perempuan itu hidup di tengah masyarakat yang berpegang teguh kepada hukum taurat. Pada zaman itu, apabila seorang wanita mengalami penyakit seperti ini, maka ia disebut sebagai seorang yang najis. Sehingga ia harus hidup terpisah dari orang-orang di sekitarnya. 
    • Bahkan apa pun yang bersinggungan dengannya juga disebut najis. Hal ini dapat kita temukan dalam tulisan Musa di Keluaran 15: 25 – 30. Dan apabila orang itu sudah berhenti dari penyakit pendarahan yang di deritanya ia harus membeli dua ekor burung tekukur untuk di sembelih sebagai korban pentahirannya.
    • Kitab Markus 5: 26 menegaskan keadaan wanita ini setelah 12 tahun menderita pendarahan ia sudah menghabiskan segala sesuatu yang ia punya. Dan selama itu pula ia harus menerima cap sebagai seorang “NAJIS”. Artinya bahwa wanita itu bisa jadi mengalami kepahitan dengan orang-orang di sekitarnya. Bisa jadi cap itu sudah susah lepas dari dirinya dalam pandangan orang-orang. Karena itu Markus melanjutkan kisah perempuan ini sbb: Markus 5: 30-34 berbunyi:
    •  “30 Pada ketika itu juga Yesus mengetahui, bahwa ada tenaga yang keluar dari diri-Nya, lalu Ia berpaling di tengah orang banyak dan bertanya: "Siapa yang menjamah jubah-Ku?" 31 Murid-murid-Nya menjawab: "Engkau melihat bagaimana orang-orang ini berdesak-desakan dekat-Mu, dan Engkau bertanya: Siapa yang menjamah Aku?" 32 Lalu Ia memandang sekeliling-Nya untuk melihat siapa yang telah melakukan hal itu. 33 Perempuan itu, yang menjadi takut dan gemetar ketika mengetahui apa yang telah terjadi atas dirinya, tampil dan tersungkur di depan Yesus dan dengan tulus memberitahukan segala sesuatu kepada-Nya. 34 Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" 
    • Sekali lagi perhatikan Markus 5: 34 “Maka kata-Nya kepada perempuan itu: "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" Kalau kita kembali kepada tradisi Taurat, para imam Yahudi mendapatkan otoritas untuk memutuskan apakah status seseorang itu sudah tahir atau belum. Markus mengingatkan bahwa otoritas Yesus jauh lebih tinggi daripada otoritas imam-imam Yahudi. Yesus berkuasa untuk memulihkan keadaan tubuh fisik seseorang, dan Ia pun juga berkuasa untuk menyelesaikan hubungan yang retak kepada sesama dan kepada BAPA. Yesus adalah Tuhan yang kepada-Nya para imam Yahudi turut sujud untuk menyembah-Nya. 
    Pada kesempatan itu Tuhan Yesus memulihkan status wanita itu sebagai orang yang sudah tahir. Yesus mengatakan di ayat 34 "Hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau. Pergilah dengan selamat dan sembuhlah dari penyakitmu!" di depan banyak saksi.
     Hari ini, kita melihat bahwa Yesus tidak memandang strata sosial seseorang. Siapa pun yang hari ini mendengarkan berita ini, Percayalah bahwa Yesus Kristus tetap sama baik kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya. Karena itu : 
    1. Rendahkan Diri dan Hati, Serta akuilah bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan Keluar atas masalahmu, 
    2. Jangan Menyerah Untuk tetap berharap Pada-Nya 
    3. Ijinkan Tuhan Bekerja Secara Tuntas Untuk Menolongmu 
    Adakah pergumulan hidupmu sepertinya tidak terpecahkan? Mari datang pada Yesus. Berserulah pada-Nya.

Rabu, 21 Maret 2012

Keluarga yang Dipulihkan Tuhan.

Ayub 1-12

  1. Setiap Keluarga dibentuk Tuhan dengan rancangan yang terbaik, untuk tujuan yang baik bagi manusia.
  2.  Iblis tidak senang rencana Allah atas keluarga tetap berlaku,
  3. Allah rindu setiap keluarga kembali berada dalam rencana-Nya, yaitu hidup dalam berkat-berkat-Nya

Proposisi : TUHAN pasti memulihkan Keluarga umat-Nya di akhir zaman
Kalimat Tanya : Bagaimanakah agar TUHAN  memulihkan keluarga umat-Nya di akhir zaman?
Peralihan  : Kriteria-kriteria  Bagaimanakah agar TUHAN  memulihkan keluarga umat-Nya di akhir zaman?.

I.  Kepala Keluarga haruslah sungguh-sungguh takut akan Tuhan (Ayub 1 : 1, 8; 2: 3)


  •  Takut akan Tuhan berarti sungguh-sungguh menghormati Tuhan dalam seluruh aspek kehidupan (Ayub 1: 1-5),
  • Takut akan Tuhan adalah kunci utama untuk mengalami janji Tuhan (Mazmur 128

II Kepala Keluarga tetap mennggikan Allah Di dalam segala perkara (Ayub 1-12).
  •  Perjalanan Rumah tangga tidak selamanya enak (Ay. 1: 13 -19) perihal masalah property (13-15; 16-17), masalah anak-anak (18-19), masalah dengan perilaku pasangan hidup (2:9-10), masalah kesehatan (
  • Kepala Keluarga lebih mengaharapkan nasihat dari Tuhan daripada nasihat manusia (ayub 3-12).

III. Kepala Keluarga memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan (ayub 42: 1-6)

  • Pengenalan kepada Tuhan jangan dari kata orang, melainkan harus dipelajari sendiri (ay. 5)
  • Pengenalan akan Tuhan adalah satu Proses (Ayub 2:10, 42:5),
  • Pengenalan akan Tuhan menolong kepala Keluarga untuk menuntun anggota keluarganya masuk dalam pengenalan yang sama akan Tuhan (1:4-5)
  • Pengenalan akan Tuhan adalah Kunci memulihkan keadaan orang-orang disekitar rumah kita(42:7-9)

Rabu, 22 Februari 2012

Seandainya orang Kristen Lupa Menginjil, Apa jadinya?

Perhatikanlah ayat-ayat berikut ini:
  1. Mat 4:23  Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu.
  2. Mat 9:35  Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan.  
  3. Mat 11:1  Setelah Yesus selesai berpesan kepada kedua belas murid-Nya, pergilah Ia dari sana untuk mengajar dan memberitakan Injil di dalam kota-kota mereka. 
  4. Mat 24:14  Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya."
  5. Mat 26:13  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil ini diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."
  6. Mat 28:18-20 "18 Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.19  Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, 20  dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." 
  7. Mar 1:14-15 "14 Sesudah Yohanes ditangkap datanglah Yesus ke Galilea memberitakan Injil Allah, 15  kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!"
  8. Mar 1:38  Jawab-Nya: "Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu Aku telah datang." 
  9. Mar 8:35  Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.
  10. Mar 13:10  Tetapi Injil harus diberitakan dahulu kepada semua bangsa. 
  11. Mar 14:9  Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat dia."
  12. Mar 16:15  Lalu Ia berkata kepada mereka: "Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. 
  13. Mar 16:20  Merekapun pergilah memberitakan Injil ke segala penjuru, dan Tuhan turut bekerja dan meneguhkan firman itu dengan tanda-tanda yang menyertainya.
Kembali ke pertanyaan yang saya berikan di title dari tulisan ini, "Seandainya orang Kristen Lupa Menginjil, Apa jadinya?"Ini adalah pertanyaan yang mengganggu pikiran saya beberapa waktu belakangan ini. Di saat yang sama, berita-berita yang ditayangkan di televisi, dan diberitakan di koran-koran terlintas di pikiran saya. Banyak negara, dan suku bangsa porak-poranda. Mereka mengaku beragama dan percaya akan adanya TUHAN, tetapi kehidupannya tidak mencerminkan sifat-sifat TUHAN yang Maha Kasih, Maha Mengampuni, Panjang sabar dsb. Apakah ini bukti dari pengakuan tersebut? Mengaku orang Kristen, pakai salib besar-besar di leher, bahkan sampai dibuat sebagai lukisan di tubuh, namun membunuh, menipu, dan lain-lain. Apakah ini cerminan Kekristenan yang sebenarnya?

Selasa, 14 Februari 2012

PLURALNYA MASYARAKAT

 Kehidupan masyarakat di Indonesia pada masa kini, terutama di daerah perkotaan menunjukkan satu keadaan yang semakin plural, dalam aktivitas sehari-hari, tingkat pendidikan, status sosial, suku, dan agama yang berkembang di tengah masyarakat.


Sebab-sebab Pluralnya Masyarakat Kota

Manusia Motor Utama Perubahan
 
Perubahan yang terjadi dalam suatu masyarakat tidak terlepas dari pengaruh manusia yang ada di dalamnya. Wongso (1996) menulis tentang manusia sebagai berikut ini:

Manusia merupakan unsur pokok dalam masyarakat, tanpa manusia tak mungkin ada masyarakat tidak ada manusia tidak ada bisa terbentuk satu masyarakat.
Adanya manusia disebabkan adanya hidup, karena ada hidup, maka bisa berpikir dan dapat merubah masyarakat dimana seseorang tinggal. Masyarakat selalu berubah dan inilah yang disebut kemajuan.